Kali ini aku tidak menangis, derai itu telah lama kemarau.
Tak terpias oleh satu hela, kini kaku dan membatu
Sunyi ini, perlahan menarikku ke dalam dimensi mati. Tanpa gravitasi, menikamku.
Di saat tak lagi kutapaki bebatuan duri, aku terbunuh bersama waktu.
Detak jantung pun tak lagi berteriak, mereka terbius dinginnya sunyi. Aku
tidak peduli. Asal mati.
Lara di nurani, tersayat pilu, merembes getah dan menanah.
Hampir, tinggal menanti nada tercekat dan napas tak mampu menggelitik.
Kesepian berjalan di atas sukma, jauh menyingkap tirani, aku mati.
Bukan di kala ragaku kaku membujur, melainkan detak terdalam, jauh... yang berdarah, hatiku.
Ah, tidak.
Bukan, melainkan..
Tempat dahulu hati ini berada. Yang telah mati, mendebu. Terkoyak angin dan
terberai bebas. Seakan sampah.
Takkan lagi berada di sini, di lorong terdalam di dada ini... Kini sakit.
Terlelap terbuai lara.
Bagimana?
Lalu aku, bagaimana?
Adakah seseorang di sana, yang mengerti bagaimana untuk membunuh sakit ini?
Ijin copas Sis :3
BalasHapusBoleh.. boleh :D
BalasHapusKok manggilnya 'Sis'? Yakin ane cewe?
maaf sayangku, aku telat mampir~~
BalasHapusBlog baru nih? :D Yang lama dicari-cari nggak ketemu,. udah dihapus rupanya :D
Ah, iya, beib.. Noprob :)
BalasHapusHe-eh.. yang lama uda aku hapus :3
yakin banget kamu cewek :3
BalasHapus